Sabtu, 25 Juni 2011

Radio dan TV Digital


Ada 3 sistem penyiaran TV digital yaitu: sistem penyiaran Digital Video Broadcasting (DVB),sistem penyiaran mobile digital dan sistem DVB berbasis IP ( Internet Protocol). DVB adalah salah satu sistem yang digunakan untuk mentransmisikan siaran TV digital hingga ke end-user. DVB dapat memanfaatkan penggunaan bandwidth yang lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya hanya dapat digunakan untuk satu program TV analog, maka dengan menggunakan DVB dapat disiarkan 8 kanal TV digital. Selain penambahan kapasitas kanal TV, pada media transmisi terestrial dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik.
Rencana digitalisasi dunia penyiaran Indonesia tampaknya akan segera terwujud. Sebagai tahap awal dilakukan uji coba pada beberapa stasiun radio dan TV nasional. Kualitas suara siaran radio digital mendekati dengan suara compact disc (CD). Begitupula dengan kualitas gambar TV digital yang lebih bagus dibandingkan dengan TV analog. Ada alasan yang melatarbelakangi pemerintah merencanakan peralihan dari analog menjadi digital,yaitu : terdapat sekitar 2000 pemohon,yang mengajukan permohonan penyelenggaraan siaran,baik televisi maupun radio. Pada kenyataanya,frekuensi yang ada telah terisi semua. Peralihan ke radio digital dipandang perlu untuk mengefisiensikan penggunaan frekuensi radio,yang sumber dayanya semakin terbatas. Frekuensi radio pada dasarnya tidak menganut sistem hak milik melainkan hak pakai. Trend teknologi ke depan analog menuju era digital. Model bisnis penggunaan frekuensi radio untuk lembaga penyiaran harus sepenuhnya ditinjau ulang.
Migrasi dari sistem TV analog ke sistem TV digital bagi Indonesia memang tidak dapat dihindari. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar dengan kebudayaan beragam,variasi program2 siaran TV merupakan kebutuhan mutlak. Namun keterbatasan alokasi frekuensi menyebabkan keterbatasan dalam pemberian izin operasi bagi operator2 TV baru,sehingga kompetisi program menjadi rendah dan masyarakat tidak mempunyai pilihan dalam menyaksikan program2 berkualitas.
diambil dari berbagai sumber

Jumat, 18 Februari 2011

Opini Publik

Menurut Cultip dan Center dalam sastropoetro (1987), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Dimana opini tersebut berasal dari opini-opini individual yang diungkapkan oleh para anggota sebuah kelompok yang pandangannya bergantung pada pengaruh-pengaruh yang dilancarkan kelompok itu.
Opini-opini individual tersebut kemudian dikenal dengan istilah opini publik. Karena Opini Publik terbentuk dari intregasi “personal opinion” banyak orang, maka Opini Publik cenderung telah bermukim pada suatu masyarakat yang melembaga, yang telah lengkap dengan mekanisme kepemimpinan maupun pengawasan komunikasi. Dengan kata lain Opini dan Opini Publik dilihat oleh Bogardus secara lembaga sentries dan liberal. 
Leonard W. Doob yang sering dikutip oleh para ahli, mengemukakan : “..Publik opinion refrs to people’s attitudes on an issue when they are members of the same sosial group”.
Doob disini memberi tekanan kepada sikap (“attitude”) sebagai sesuatu yang bernilai psikologis terhadap sesuatu isyu, manakala mereka (dalam arti “people”) menjadi anggota dari kelompok sosial yang sama. Lalu Doob mempertanyakan, kelompok mana yang terlibat, isyu yang mana yang terlibat dan mengapa masyarakat memberi respon terhadap isyu tersebut.
Seperti ilmu sosial lainnya, definisi opini publik (pendapat umum) sulit untuk dirumuskan secara lengkap dan utuh. Ada berbagai definisi yang muncul, tergantung dari sisi mana kita melihatnya : 
Ditinjau dari Ilmu Sosiologi, opini publik diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam masyarakat (William G. Summer). Di sini kekuatan bukan berasal dari pendapat perorangan, melainkan norma atau mitos yang ada dalam masyarakat. Definisi ini menjelaskan bahwa jika suatu pendapat dianut oleh banyak orang, maka diasumsikan bahwa pendapat itu benar. 
Ilmu Komunikasi mendefinisikan opini publik sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat dan dinyatakan secara terbuka. Opini publik sebagai komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula (Bernard Berelson). 
Sementara Ilmu Psikologi mendefinisikan opini publik sebagai hasil dari sikap sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan yang sama dari luar (Leonard W. Doob) 
Opini publik memiliki karakteristik sebagai berikut : 
1. dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata 
2. dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu diungkapkan 
3. masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan 
4. dapat dikombinasikan dengan kepentingan pribadi 
5. yang menjadi opini publik hanya pendapat dari mayoritas anggota masyarakat 
6. opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan 
7. partisipasi anggota masyarakat sebatas kepentingan mereka, terutama yang terancam. 
8. memungkinkan adanya kontra-opini. 
2. Proses Pembentukan Opini Publik 
Proses terbentuknya opini publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu : 
1. Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan. 
2. Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif 
3. Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok. 
4. Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih luas. 
Selain itu, opini publik muncul karena adanya isu yang kontroversial. George Carslake Thompson mengemukakan bahwa publik tertentu yang menghadapi isu yang kontroversial dapat mengeluarkan reaksi yang berbeda-beda sehingga menimbulkan kondisi yang juga berlainan. Perbedaan itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu : 
1. Perbedaan pandangan terhadap fakta. 
2. Perbedaan perkiraan tentang cara mencapai tujuan. 
3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan. 
Erikson, Lutberg dan Tedin mengemukakan adanya empat tahap terbentuknya opini publik : 
1. Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang banyak 
2. Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar penilaian atau standar ganda. 
3. Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik dengan isu tersebut, seperti politisi atau akademisi 
4. Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu tersebut diketahui khalayak. 
Seorang sosiolog dan ahli komunikasi Jerman, Ferdinand Tonnies, juga mengemukakan tiga tahap pembentukan opini publik berikut ini : 
1. Luftartigen Position, yaitu posisi bagaikan angin yang merupakan tahap masukan yang masih semrawut.
2. Fleissigen Position, yaitu tahap pembicaraan yang mulai terarah untuk membentuk pikiran yang jelas dan menyatu. Pada tahap ini isu bisa disetujui bisa juga tidak. 
3. Festigen Position, yaitu tahap yang dapat menyatukan pendapat anggota kelompok dari tahap-tahap sebelumnya. 
Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan setuju. Opini publik terbentuk jika dalam diskusi tidak ada lagi yang menentang pendapat akhir karena sudah berhasil diyakinkan atau mungkin karena argumentasi untuk menolak sudah habis. 
Berdasarkan terbentuknya opini publik, kita mengenal opini publik yang murni. Opini publik murni adalah opini publik yang lahir dari reaksi masyarakat atas suatu masalah (isu). Sedangkan opini publik yang tidak murni dapat berupa : 
1. Manipulated Public Opinion, yaitu opini publik yang dimanipulasikan atau dipermainkan dengan cerdik
2. Planned Public Opinion, yaitu opini yang direncanakan
3. Intended Public Opinion, yaitu opini yang dikehendaki 
4. Programmed Public Opinion, yaitu opini yang diprogramkan 
5. Desired Public Opinion, yaitu opini yang diinginkan 
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Publik 
Opini publik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 
 Pendidikan
Pendidikan, baik formal maupun non formal, banyak mempengaruhi dan membentuk persepsi seseorang. Orang berpendidikan cukup, memiliki sikap yang lebih mandiri ketimbang kelompok yang kurang berpendidikan. Yang terakhir cenderung mengikut. 
 Kondisi Sosial 
Masyarakat yang terdiri dari kelompok tertutup akan memiliki pendapat yang lebih sempit daripada kelompok masyarakat terbuka. Dalam masyarakat tertutup, komunikasi dengan luar sulit dilakukan. 
 Kondisi Ekonomi 
Masyarakat yang kebutuhan minimumnya terpenuhi dan masalah survive bukan lagi merupakan bahaya yang mengancam, adalah masyarakat yang tenang dan demokratis. 
 Ideologi 
Ideologi adalah hasil kristalisasi nilai yang ada dalam masyarakat. Ia juga merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik tolaknya adalah kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah pada egoisme atau kelompokisme. 
 Organisasi 
Dalam organisasi orang berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai ragam kepentingan. Dalam organisasi orang dapat menyalurkan pendapat dan keinginannya. Karena dalam kelompok ini orang cenderung bersedia menyamakan pendapatnya, maka pendapat umum mudah terbentuk. 
 Media Massa 
Persepsi masyarakat dapat dibentuk oleh media massa. Media massa dapat membentuk pendapat umum dengan cara pemberitaan yang sensasional dan berkesinambungan. 
4. Hukum Pembentukan Opini Publik 
Leonard Doob mengidentifikasikan ciri-ciri sikap yang dimiliki rakyat. Ia mendasarkan kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian pada polling tahun 1939-1941 di Amerika Serikat. Hukum yang dirumuskan dari jalan pikiran Hadley Cantrill ini, masih sangat relevan untuk diketengahkan pada masa sekarang ini. 
1. Pendapat bisa sangat sensitif terhadap beberapa masalah 
2. Kejadian luar biasa dapat membuat orang berubah pendapat dari ekstrim yang satu ke ekstrim yang lain. 
3. Pendapat lebih banyak dipengaruhi oleh kejadian daripada kata-kata. 
4. Pernyataan yang diberikan secara lisan akan mempunyai pengaruh jika opini masih samar-samar. 
5. Pendapat umum tidak bersifat menghindari masalah, tapi memberikan reaksi. 
6. Suatu pendapat biasanya dikombinasikan dengan kepentingan pribadi. 
7. Jika kepentingan pribadi ikut terlibat, maka pendapat yang bersangkutan akan sukar diubah. 
8. Partisipasi pendapat muncul jika kepentingan pribadi terancam. 
9. Jika kepentingan pribadi terlibat, maka (dalam masyarakat demokratis) pendapat umum mendahului sikap resmi pemerintah. 
10. Jika suatu pendapat (meski didukung mayoritas kecil) tidak didukung oleh kenyataan, maka pendapat umum mudah berubah. 
11. Pada saat masyarakat mengalami krisis, mereka akan loyal dan bersedia menderita jika mereka masih memiliki kepercayaan kepada pimpinannya. Tapi begitu kepercayaan tidak ada lagi, maka toleransi pun hilang. 
12. Pendapat umum akan lebih toleran terhadap kritik atas dirinya jika mereka merasa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. 
13. Orang akan mempunyai lebih banyak pendapat tentang tujuan suatu tindakan ketimbang cara mencapai tujuan. 
14. Jika suatu pendapat umum lebih dipengaruhi oleh keinginan daripada volume informasi, maka ia akan mudah berubah. 
15. Dalam masyarakat yang demokratis, pendapat umum sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan volume informasi. 
16. Dimensi psikologis dalam suatu opini mempunyai peranan penting dalam hal pengarahan, intensitas dan kedalaman. 
17. Walaupun pendapat umum selalu bersesuaian, banyak hal yang tidak bersesuaian akan lebih jelas kebenarannya apabila cara berpikir diteliti dan prinsip-prinsip penilaian telah ditemukan da daripadanya opini khusus tersimpulkan

About Me

Foto saya
What do you things about me?

Pengikut

Cari Blog Ini